Kamis, 25 Juni 2009

Menangispun Perlu Alasan



25 Juni 2009.
Belajar dari sebuah peristiwa....
Memang tidak diduga sebelumnya, ini akan disampaikan kepala sekolah padaku. Hari ini beliau mengatakan posisiku sebagai asisten guru di SMP untuk semester ini sudah berakhir, dan beliau minta maaf ajaran baru ini tdk dapat memenuhi keinginannya yang dulu pernah disampaikan untuk mengangkatku sebagai guru di SMP yang dipimpinnya. Karena ajaran baru ini guru yang kemarin kugantikan (1 smester), akan kembali ke SMP untuk mengajar lagi. Memang kemarin sempat bilang bahwa guru yg saya gantikan ini berencana pensiun, tp ternyata ajaran baru ini beliau akan kembali lagi di sekolah. Dan otomatis saya tidak bisa lanjut untuk mengajar disana...

Saat berbicara face to face dengan kepala sekolah, saya memang bisa menahan diri dari emosi/kuat dan tidak tampak emosi haru dll, tapi yang membuat haru adalah ketika saya keluar ruangan dan pamitan dengan salah satu guru....ya air mata tanpa terasa dan tanpa mau diajak kompromi jatuh begitu saja......HARU....
Padahal jika dihitung secara materiil, memang tidak ada sesuatu yg memberatkan jika aku meninggalkan SMP itu tapi kedekatan dan keakraban dengan para guru dan murid mampu menjadi sebuah senjata yg mampu menurukankan air mataku.....

Tak peduli ketika teman guru ada yang melihat linangan ini jatuh satu/satu....jatuh juga air mataku...
HARU.......karna ini begitu tiba-tiba
meninggalkan teman-teman guru yg selama ini care
blm sempat bertemu-pamitan dengan semua guru...
meninggalkan kenangan ; lucu, tegang saat menangani kebandelan siswa
yang kadang suka menggoda gurunya...
HARU...tidak lagi berada dalam suasana itu lagi

Insyaallah jika besuk diberi kesempatan, sambang ke SMP lagi buat pamitan..

Entahlah ini mungkin sesuatu yg sederhana dan biasa terjadi dalam hidup semua orang
Tapi belajar dari "Tesasan Air Mata yang Tidak mau Kompromi", saat menangis hanya rasa HARU yang menemani. Kejadian HARU(menangis tanpa sebab yg jelas) itulah yang memancing akal dan hati untuk berfikir....

Sebenarnya ketika kita menangis bukan berarti meratapi kelemahan/ketidakbedayaan, tetapi
*Bisa merupakan keberhasilan atau ketertundaan karena terjawabnya usaha dari apa yang telah kita usahakan, meski tidak selalu yg diharapkan...Dengan begitu kita telah diberi jalan untuk membuka jalan yang lain...
*Bisa juga bentuk rasa sayang yang tidak berlanjut, yang tidak dapat kita lanjutkan untuk menyayangi mereka....(jika konteksnya "perpisahan")

Tatalah hati agar dalam menangis anda tetap terlihat cantik....tidak sia-sia, bahkan menjadi sebuah ibadah...karena menangisi kesempatan untuk melakukan amal(menyayangi orang2 yg kita sayang). Konkritnya keadaan ini disebut sebagai bentuk "perpisahan...."

Semoga jika adapun perpisahan yang ditandai dengan tangisan yang terjadi dalam kehidupan kita, dapat kita pimpin HARU ini agar tiap tetesan air mata yang jatuh tidak terbuang percuma oleh perasaan kecewa/menyesal, tapi dapat menjadi butiran amal yang makin menyuburkan dan menguatkan iman kita semua. Amin..^_^

0 comments:

Posting Komentar

 

NUANSA BENING Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template